Slideshow: Foto Olahraga
Zurich (ANTARA/Reuters) - Presiden FIFA Sepp Blatter, ketika menanggapi kecamanan terhadap keputusan untuk menolak teknologi garis gawang, mengatakan ia menginginkan sepak bola dimainkan berdasarkan peraturan yang sama di semua tingkatan dan mempertahankan unsur manusianya.
Blatter menambahkan bahwa penggunaan teknologi untuk membantu wasit dapat sangat mahal dan menghentikan pertandingan untuk meninjau kembali keputusan akan menghancurkan dinamisme alami olahraga tersebut.
Badan legislaif sepak bola, Dewan Persatuan Sepak Bola Internasional (IFAB), Sabtu lalu memutuskan untuk menolak penggunaan teknologi guna membantu wasit untuk menentukan apakah bola sudah melintasi garis gawang bila bola tidak menyentuh jaring gawang.
FIFA, yang mempunyai setengah suara dalam IFAB, mendapat kecaman secara luas atas sejumlah keputusan wasit yang kontroversial.
Tetapi, Blatter mengatakan badan sepak bola dunia tersebut menginginkan peraturan-peraturan tetap sama di semua tingkapan olahraga tersebut.
"Pertandingan harus dilakukan dengan cara yang sama di mana pun di dunia," katanya di laman FIFA (www.fifa.com).
"Bila Anda melatih sekelompok remaja di kota kecil di seluruh dunia, mereka akan bermain dengan peraturan yang sama seperti para pemain profesional yang mereka tonton di TV," katanya.
"Kesederhanaan dan universalitas pertandingan merupakan salah satu alasan bagi keberhasilannya, tambah Blatter.
"Pria, wanita, anak-anak, amatir, dan profesional semuanya melakukan pertandingan yang sama di seluruh dunia."
"Apa pun teknologi yang digunakan, pada akhirnya keputusan harus diambil oleh manusia. Dalam hal ini, mengapa melempar tanggung jawab wasit kepada orang lain?
"Sering terjadi, bahkan setelah tayangan ulang `slow-motion`, 10 ahli yang berbeda akan mempunyai 10 pendapat yang berbeda mengenai keputusan yang sudah diambil."
"Para penggemar sepak bola suka memperdebatkan setiap kjadian dalam pertandingan. Itu merupakan bagian sifat manusia dalam olahraga kita," katanya.
Blatter mengatakan karena mahalnya, akan sulit untuk menerapkan peraturan bru secara konsisten di seluruh dunia, bahkan pada tingkat internasional.
"Penerepan teknologi moderen akan dapat sangat mahal, dan karena itu tidak dapat diterapkan pada tingkat global. Banyak pertandingan, bahkan pada tingkat tertinggi, bakan tidak disiarkan televisi.
"Sebagai contoh, kami hampir menyelenggarakan 900 pertandingan kualifikasi Piala Dunia FIFA dan peraturan yang sama perlu diterapkan di semua pertandingan kompetisi yang sama. Peraturan-peratuan itu perlu sama bagi semua pertandingan persatuan sepak bola di seluruh dunia."
Blatter menambahkan bahwa penggunaan teknologi bila terjadi insiden garis gawangakan dapat membuka "floodgates" bagi teknologi yang diterapkan pada bagian lain lapangan.
"Setiap keputusan di setiap lini lapangan akan segera dipertanyakan," katanya.
"Sepak bola adalah pertandingan dinamis yang tidak dapat dihentikan dalam upaya meninjau kembali suatu keputusan.
"Bila pertandingan dihentikan untuk mengambil keputusan, hal itu akan memecah irama permainan dan kemungkinan akan membuat tim kehilangan kesempatan untuk mencetak gol.
"Juga tidak akan masuk akal untuk menghentikan pertandingan setia dua menit guna meninjau kembali keputusan, karena hal ini akan bertentangan dengan dinamisme alami pertandingan trsebut."
Blatter menambahkan bahwa penggunaan teknologi untuk membantu wasit dapat sangat mahal dan menghentikan pertandingan untuk meninjau kembali keputusan akan menghancurkan dinamisme alami olahraga tersebut.
Badan legislaif sepak bola, Dewan Persatuan Sepak Bola Internasional (IFAB), Sabtu lalu memutuskan untuk menolak penggunaan teknologi guna membantu wasit untuk menentukan apakah bola sudah melintasi garis gawang bila bola tidak menyentuh jaring gawang.
FIFA, yang mempunyai setengah suara dalam IFAB, mendapat kecaman secara luas atas sejumlah keputusan wasit yang kontroversial.
Tetapi, Blatter mengatakan badan sepak bola dunia tersebut menginginkan peraturan-peraturan tetap sama di semua tingkapan olahraga tersebut.
"Pertandingan harus dilakukan dengan cara yang sama di mana pun di dunia," katanya di laman FIFA (www.fifa.com).
"Bila Anda melatih sekelompok remaja di kota kecil di seluruh dunia, mereka akan bermain dengan peraturan yang sama seperti para pemain profesional yang mereka tonton di TV," katanya.
"Kesederhanaan dan universalitas pertandingan merupakan salah satu alasan bagi keberhasilannya, tambah Blatter.
"Pria, wanita, anak-anak, amatir, dan profesional semuanya melakukan pertandingan yang sama di seluruh dunia."
"Apa pun teknologi yang digunakan, pada akhirnya keputusan harus diambil oleh manusia. Dalam hal ini, mengapa melempar tanggung jawab wasit kepada orang lain?
"Sering terjadi, bahkan setelah tayangan ulang `slow-motion`, 10 ahli yang berbeda akan mempunyai 10 pendapat yang berbeda mengenai keputusan yang sudah diambil."
"Para penggemar sepak bola suka memperdebatkan setiap kjadian dalam pertandingan. Itu merupakan bagian sifat manusia dalam olahraga kita," katanya.
Blatter mengatakan karena mahalnya, akan sulit untuk menerapkan peraturan bru secara konsisten di seluruh dunia, bahkan pada tingkat internasional.
"Penerepan teknologi moderen akan dapat sangat mahal, dan karena itu tidak dapat diterapkan pada tingkat global. Banyak pertandingan, bahkan pada tingkat tertinggi, bakan tidak disiarkan televisi.
"Sebagai contoh, kami hampir menyelenggarakan 900 pertandingan kualifikasi Piala Dunia FIFA dan peraturan yang sama perlu diterapkan di semua pertandingan kompetisi yang sama. Peraturan-peratuan itu perlu sama bagi semua pertandingan persatuan sepak bola di seluruh dunia."
Blatter menambahkan bahwa penggunaan teknologi bila terjadi insiden garis gawangakan dapat membuka "floodgates" bagi teknologi yang diterapkan pada bagian lain lapangan.
"Setiap keputusan di setiap lini lapangan akan segera dipertanyakan," katanya.
"Sepak bola adalah pertandingan dinamis yang tidak dapat dihentikan dalam upaya meninjau kembali suatu keputusan.
"Bila pertandingan dihentikan untuk mengambil keputusan, hal itu akan memecah irama permainan dan kemungkinan akan membuat tim kehilangan kesempatan untuk mencetak gol.
"Juga tidak akan masuk akal untuk menghentikan pertandingan setia dua menit guna meninjau kembali keputusan, karena hal ini akan bertentangan dengan dinamisme alami pertandingan trsebut."
0 komentar:
Posting Komentar